Awal dari semuanya

Pesta malam memikat setiap mahasiswa untuk datang di acara ini. Wijaya bisa terbilang awam dengan lingkungan sekitar, pasalnya dia bukanlah seorang mahasiswa dari acara kampus tersebut. Dia cukup terkenal karena bisa dibilang pengusaha muda tersukses kala itu. Wanita mana yang tidak akan terpikat dengannya? Sosoknya yang ramah, tampan, dan kaya raya menjadi pujaan setiap wanita yang melihatnya.

“Hai, Wijaya. Lama tidak berjumpa,” sapa seorang pria dengan blazer warna merah maroon.

“Ah, Amri? Hahaha kebetulan kita bisa bertemu di sini,” balas Wijaya hangat.

Mereka adalah teman lama, teman seperjuangan Wijaya waktu ia masih duduk di bangku SMA.

“Tidak juga. Saya salah satu panitia penyelenggara acara ini, jadi bukan suatu kebetulan jika kita bertemu.”

Wijaya mengangguk menyeringai, ia senang bisa bertemu dengan teman lama saat ini. Setidaknya ia tidak terlalu merasa asing sekarang.

Di detik selanjutnya, seorang perempuan datang dengan gaun minimalis yang begitu indah. Anggun sekali, sehingga semua netra terpicu padanya.

“Celia, kemarilah,” ajak Amri yang melihat perempuan tersebut sedang sedikit kebingungan.

“Kamu mengenalnya?” tanya Wijaya yang melihat fokus arah datang perempuan itu.

“Tentu. Celia kenalkan ini Wijaya, dan Wijaya kenalkan ini Celia. Dia mahasiswa baru jurusan kedokteran di kampus kami,” tutur Amri mencoba memperkenalkan mereka satu sama lain.

Wijaya dan Celia memandangi satu sama lain, wajah indah sang puan membawanya tak fokus hingga salah tingkah.

“Astaga, saya lupa. Ah begini saja, kalian berdua saya tinggal dulu ya? Ada sesuatu hal yang harus saya urus. Saya rasa kalian cocok untuk berbicara bersama, duluan.” Amri meninggalkan dua insan tersebut di tengah keramaian pesta yang sedang berlangsung, ini mungkin akan canggung bagi keduanya.


Tepat jam dua belas malam, mereka memutuskan untuk keluar dari pesta tersebut. Pesta tahun baru yang sangat menyenangkan bagi para mahasiswa yang sedang melepas penat. Pikiran awal yang menyatakan bahwa mereka akan merasa canggung adalah salah besar. Faktanya, keduanya sangatlah selaras dan cukup baik membangun kehangatan satu sama lain. Sialnya, mereka sama-sama sedang dalam pengaruh alkohol sekarang.

“Boleh saya mengantarmu pulang, Celia?”

“Ya, tentu saja.”

Entah apa yang sedang dipikirkannya, Wijaya menatap lekat netra sang puan dihadapannya. Ia bisa merasakan ketenangan dan kedamaian jika berada bersamanya. Aneh bukan? Bagaimana bisa seseorang yang baru saja kau temui bisa membuat afeksi ini terhadap dirinya.

Wijaya tersenyum membelai lembut surai rambut Celia, ia menginginkan wanita itu bersamanya.

“I wish, i can take you to a place where we can spend the night together, Celia.”

“You wish?”

“Yes, i wish.”

Kala itu, malam berubah menjadi malam yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Malam yang penuh akan kejutan dari keduanya, malam yang menjadikan mereka saling bertukar afeksi penuh, dan malam dimana awal kehidupan baru bagi mereka segera dimulai.