Let's Break Up

Hari semakin menuju petang, dua insan yang baru saja selesai melakukan kegiatan seni kini berada di lobby studio lukis. Bergegas keluar menuju destinasi lain. Hari ini cukup melelahkan bagi mereka berdua. Penat, namun seru melanda disaat yang bersamaan.

“Lo tunggu sini aja, gue ambil mobil dulu,” titah Refi pada Ghina yang masih asyik memandangi lukisan hasil karyanya. Ghina membalas dengan anggukan bersemangat, seperti anak kecil yang menuruti perintah.

“Haha, jangan kemana-mana. Awas lo hilang!” Ghina mengacungkan ibu jarinya dengan semangat pada Refi, perasaanya sore ini benar-benar gembira. Hingga seorang pria bertubuh jangkung menariknya dengan kuat. Mencengkeram kerah sang gadis dan menuntunnya ke tempat yang cukup sepi. Sakit, itu yang dirasakan Ghina saat ini. Tubuh mungilnya tidak kuat untuk menahan serangan tiba-tiba dari pria itu, kini dirinya hanya bisa pasrah walau perlahan memberontak.

“LEPAS!” teriak Ghina dengan suara menjerit.

“Lepas Sa, sakit.” Ghina masih memohon pada pria yang membawanya, tapi seakan tuli pria itu masih membawa sang gadis dengan kasar.

Dirasa sudah cukup aman, laki-laki yang menatap Ghina dengan amarah menggebu itupun melepas eratannya. Namun, kembali mencengkeram dagu Ghina agar sang puan tetap dalam kendalinya.

“Selingkuh kan lo?” Pria itu adalah Saka.

Netra Ghina berair, seperti tertampung di sebuah bendungan yang menunggu gerbang pelepasannya terbuka, bersiap untuk mengalir bebas. Ia ingin mengelakan badannya, namun apa daya cengkaman Saka semakin kuat. Ghina menatap mantan kekasihnya,

“Bukan gue, tapi lo, Sa,” pekik Ghina. Ghina meraih genggaman Saka, mencoba melepaskan tautan dari dagu miliknya. Tetapi semakin kuat Ghina mencoba, semakin kuat juga Saka mempertahankan kekuasaannya.

“Gue gak mau putus,”

Ghina melayangkan pandangan malas, ia merasa muak dengan pria ini.

“Menurut lo, gue bakal tahan dengan semua sikap lo selama ini? Gue muak! Gue bener-bener capek Sa. Oke kalau misal permintaan putus gue gak lo terima karena lewat chat. Sekarang, mumpung kita ketemu, I just wanna say, let's break up, Ajisaka Bagaskara.

“Telinga lo gak berfungsi atau gimana sih? Gue bilang, Gue gak mau, Ghin. Ayo balikan,” ajak Saka dengan nada tinggi seraya abai dengan perkataan lawan bicaranya barusan.

You're enough, lepas,” ucap Ghina tanpa basa-basi lagi. Saka beralih menambah cengkeramannya pada lengan Ghina, melontarkan berbagai ancaman kepada sang puan agar mau menuruti perkataanya.

“Ah! Sa! Sakit,”

Tepat setelah rengekan terakhir dari gadis itu, lelaki lain datang memberikan bogeman mentah untuk Saka. Hajaran yang awalnya merupakan benteng pertahanan yang digunakan untuk melindungi gadisnya, berubah menjadi bertubi-tubi. Sungguh, lelaki itu sangat marah sekarang.

Once again I saw you hurt my girl, you can get more than this. Stupid.

Refi menggenggam tangan Ghina pelan, menuntunnya masuk ke dalam mobil. Meninggalkan pria yang pantas mendapatkan hantaman itu dengan kesakitan, sendirian.