Penghuni Lain

Flashback hari dimana Bara confess

Aurel hanya tersenyum. Ia awalnya tak berpikir keputusannya untuk tetap berada di balkon, membawanya mengetahui sisi lain dari Bara yang selama ini ia kenal.

“Rel, soal penawaran gue waktu itu gimana? tanya Bara mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Penawaran apa deh?”

“Jadi pacar gue?”

“Kak? ini lo lagi bercanda ya? Ah malesin banget bercandaannya kayak gini.”

“Yang bercanda siapa? Gue beneran suka sama lo, Rel.” tegas bara menatap sepasang netra cantik gadis di sebelahnya.

“Kak? Kalau lo serius, gue minta maaf. Bagi gue, lo udah kayak abang sendiri. Abang yang care sama adeknya, abang yang ada saat gue lagi kesusahan. Lagipun, sekarang gue lagi suka sama orang, kak. Jadi maaf, gue belum bisa nerima penawaran lo tadi.”

Bingung adalah perasaan yang dirasakan Aurel saat ini. Canggung lebih tepatnya.

Bara menarik nafas panjang, tersenyum penuh harapan pada Aurel.

“Kalau nanti hati lo penghuninya udah gak ada. Kabarin gue ya? Perasaan gue bakal terus sama kok buat lo.”

“Kak, gue ke kamar duluan ya? Kayaknya masih ada tugas yang belum selesai, hehe.”

Aurel tersenyum canggung, meninggalkan balkon dengan alasan klasik bagi seseorang untuk menghindar.

“Loh, Aji baru turun tangga? Berarti dari tadi denger gue sama kak Bara ngomong dong.”