Saka
[Ghina POV]
Aku menunggu kedatangan pria yang selama ini telah menjadi kekasihku, Saka. Jujur saja aku sedikit kaget karena ia mau menuruti perkataanku untuk bertemu Kak Danta. Selama ini, yang aku tahu Kak Danta hanya mendengar kabar burung tentang Saka. Ya walaupun kabar itu kurang mengenakkan, aku harap di pertemuan pertama mereka ini bisa merubah kesan tersebut. Satu jam berlalu, dua jam berlalu, hingga tiga jam telah terlewat. Pria yang sedari tadi aku tunggu kehadirannya belum juga tiba. Tepat di ruang tamu, dengan balutan Shirt dress dan make up sederhana yang telah aku persiapkan, aku masih mengharap kabar darinya. Setidaknya, jika memang ia membatalkan kencan kami malam ini, aku harap ia mengkonfirmasinya langsung. Walaupun hanya sekedar pesan singkat. Disaat cemas melanda pikiranku, detik selanjutnya aku dikejutkan dengan sosok pria yang menuruni tangga rumah.
“Rapi banget malam-malam, mau ke mana?” sapa Kak Danta.
“Eum anu Kak, mau dinner hehe,” jawabku ragu.
“Astaga, Ghin. Liat ini sudah jam berapa? Lo belum makan malam?” Panik, itu adalah reaksi Kak Danta saat mendengar jawabanku.
“Gue masakin? Aduh gak keburu, gue beliin makan aja ya keluar? Tunggu bentar, lima menit lagi gue balik,” sambungnya.
Aku menggenggam tangannya refleks, menggeleng tanda bahwa aku tak menginginkan itu. Kepalanya ia miringkan, dengan alis yang naik tanda bertanya.
“Gue lagi nunggu temen, udah janji mau dinner bareng,”
“Temen? Saka maksud lo?”
Aku tersontak kaget, menelan saliva tanda panik berdatangan.
“Kok tau?” tanyaku pelan, dibenakku masih teringat jelas bagaimana kala itu Kak Danta memarahiku karena masih berhubungan dengan Saka.
“Stop bodoh. Gue udah bilang berkali-kali Saka itu brengsek, gak usah lo tungguin dia lagi. Gue tanya sekarang, berapa jam lo udah nunggu dia? Ada ngasih kabar gak? Ini udah jam setengah sepuluh malam dan dia belum datang. Orang dinner mana jam sepuluh malam, Ghin? Cukup. Ayo ikut gue, kita makan di luar. Jangan pernah berhubungan sama Saka lagi,” akhirnya sembari membawa langkahku keluar, masuk ke dalam mobil.
Tingg
Tepat saat aku memasang seat belt nada dering tanda pesan masuk berlabuh di ponselku. Di lubuk hatiku saat ini, aku mengharapkan pesan penjelasan dari Saka. Namun, yang kudapat malah sebaliknya.
“Anjing.”