Touch Up
Siang ini ada dua sejoli sedang asyik bercanda di dalam mobil, melepaskan gurauan dan gelagak satu sama lain. Tak canggung bagi mereka untuk bersama bertukar jokes ringan maupun receh. Panas, situasi yang menggambarkan cuaca kala itu. Terik matahari mampu menembus kaca mobil yang mereka tumpangi. Perjalanan yang mereka tempuh lumayan memakan waktu karena tempat yang Refi tuju cukup jauh dari pusat kota. Mereka terhenti di lampu merah yang cukup padat, ini mungkin akan memakan waktu lebih banyak.
“Kaca mobil lo gelap gak?” sela Ghina di tengah-tengah obrolan mereka.
“Gelap, kenapa?”
“Ohh.. hmm.” Ghina menatap intens ke arah Refi, membuat lawan bicaranya itu merasa canggung.
“Ghin?”
“Hm?”
“Lo ngapain?” ucap Refi dengan suara tertahan, jujur saja posisi Ghina dengannya semakin dekat.
“Coba lo liat deh anak kecil di samping sana.” Tunjuk Ghina mengarahkan Refi pada anak kecil yang sedang berjualan koran di lampu merah.
“Kasian, ya?” sambungnya.
“Oh, iya kasian.” Refi meloloskan nafas beratnya, menggelengkan kepalanya pelan dan mencoba fokus ke depan.
“Lo kenapa deh? Responnya gak niat banget,” tutur Ghina yang memalingkan wajahnya dari hadapan sang pria.
“Bukan gitu, jangan deket-deket gue,” ungkap Refi yang masih fokus menyetir.
“Kenapa? Gak suka?”
“Bukan, tapi posisi lo tadi terlalu deket sama gue. Jangan gitu, gue cowo,” tegasnya.
“Hahaha lo panik? Santai aja sih Ref, gue gak bakal macem-macemin lo kok,”
“Ya lo santai, gue yang keringet dingin Ghin,” batin Refi berbicara.
“Kenapa lo nanya kaca mobil gue gelap atau nggak? tanya Refi kembali membuka obrolan.
“Gue mau Touch Up Make Up. Gue malu kalau diliatin orang dari luar,”
“OH IYA!” Teriak Ghina di tengah-tengah penjelasannya.
“APA??”
“Ini radio sepi banget, hehe gue putar playlist gue boleh gak?” bujuk Ghina pada teman prianya.
Sungguh, Refi yang awalnya panik bukan kepalang menjadi diam seketika mendengar tutur kata gadis itu barusan. Ia kira ada barang yang tertinggal atau sesuatu yang darurat.
“Kok diem? Boleh gak?” Ghina mendongak, kepalanya mendekat ke arah lawan bicara. Refi bersumpah, dirinya sedang melihat wajah tergemas saat ini. Pandangannya langsung ia alihkan kembali ke jalan, menahan sekuat tenaga senyuman yang hampir terukir di wajahnya. Membalas pertanyaan teman gadisnya itu dengan anggukan kecil.
Menit demi menit berlalu, ada satu persamaan lagi yang mereka temukan. Selera musik yang sama, menjadikan perjalanan panjang mereka lebih dari kata menyenangkan.